“Problematika Politik Islam Global”

Prof
Dunia Islam (the Islamic World, ada juga menyebutnya the Moslem World) menjadi kekuatan yang diperhitungkan dunia saat ini. Hal ini tidak lepas dari 4 (empat) sumber daya yang dimiliki dunia Islam. Pertama, Sumber Daya Manusia (SDM). Umat Islam yang ada di dunia saat ini berkisar pada angka 1,6 miliar jiwa. Jumlah ini menjadi terbesar kedua setelah Kristen yang berada pada kisaran 2 miliar jiwa. Bahkan, jumlah Muslim menjadi terbesar jika antara Katolik dan Protestan dipisahkan. Kedua, Sumber Daya Alam (SDA). Dunia Islam ditakdirkan menjadai negara yang kaya terhadap sumber daya. Beberapa negara di Timur Tengah misalnya, merupakan penghasil minyak dunia. Selain kandungan minyak dan gas, potensi batu bara juga melimpah seperti yang ada di Indonesia. Ketiga, Sumber Daya Nilai (SDN). Al-Qur’an merupakan sumber dan rujukan umat Islam. Al-Qur’an menjadi sumber inspirasi utama umat dalam melakukan berbagai aktivitas (baik politik, ekonomi, sosial, dsb). Sumber nilai ini juga menjadi simbol pemersatu umat Islam dunia. Keempat, sumber sejarah. Dalam catatan sejarah, dunia Islam pernah mengalami kejayaan dan menguasai peradaban dunia. Dunai Islam kala itu menjadi rujukan dunia. Hal ini tentu dapat menjadi inspirasi kebangkitan dunia Islam di era ini. Demikian pemaparan Prof. Dr. Din Syamsuddin, Guru Besar Pemikiran Politik Islam FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam Diskusi Pakar yang diselenggarakan oleh Program Studi Politik Islam-Ilmu Politik (S3), Magister Hubungan Internasional (MHI), dan Magister Ilmu Pemerintahan (MIP) Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Senia (2/5) di Gedung Pascasarjana Lt 4 UMY.
Hanya saja, lanjut Prof. Din, hal tersebut di atas tidak berbanding lurus dengan realitas umat Islam saat ini yang masih diiringi oleh 4 (empat) “K”, yaitu, kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, dan kurang bersatu.
Solusi terhadap 3 persoalan (kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan) akan teratasi jika umat Islam mengedepankan kemajuan sains, teknologi dan pendidikan. Ketiga hal tersebut yang menjadi syarat kemajuan dunia Islam. “Saat ini dunia Islam belum mempunyai sains dan teknologi, serta tingkat pendidikan di dunia Islam yang masih memprihatinkan. Ketidakberdayaan umat Islam dalam hal sains dan teknologi, serta minimnya pendidikan inilah yang mengakibatkan dunia Islam masih mengalami kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan,” ungkap pakar pemikiran politik Islam tersebut. Sementara bagi persoalan terakhir, “meskipun umat Islam memiliki kekuatan dalam hal sumber daya manusia dan sumber daya alam yang diperhitungkan dunia, namun kesolidan masih menjadi tantangan. Dunia Islam sangat sulit disatukan, meskipun telah ada wadah yaitu Organization of the Islamic Conference (OIC) atau Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang dijadikan forum pertemuan para pemimpin negara-negara Islam, namun tetap saja ‘ego sektoral’ masing-masing masih dominan. Hal ini tidak lepas dari sejarah peradaban di Arab yang sangat mengedepankan etnisitas, seperti Bani/clan yang sangat kental dan berlanjut hingga saat ini. Di akhir pemaparannya. Prof. Din menegaskan bahwa dalam waktu

https://s3pi.umy.ac.id/wp-content/uploads/2022/05/a-male-worker-puts-laminate-flooring-on-the-floor-9H6X32G.jpgt

dunia Islam belum bisa tampil untuk menguasai dunia, dan butuh 5

https://s3pi.umy.ac.id/wp-content/uploads/2022/05/a-male-worker-puts-laminate-flooring-on-the-floor-9H6X32G.jpgde

untuk bisa melakukan penataan dan konsolidasi membangun peradaban yang diidam-idamkan bersama. (hs)

Facebook
Twitter
WhatsApp

Beasiswa BPI 2023 & LPDP-Kemenag RI masih dibuka!!!