FGD Pakar: Pencegahan Terorisme di Indonesia

Rabu, 19 Juli 2017, Program Doktor Politik Islam dan Ahmad Syafii Maarif School of UMY melakukan Focus Group Discussion bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dengan tema “Pencegahan Terorisme di Indonesia” bertempat di Hotel Phoenix Yogyakarta yang diikuti oleh 30 pakar dari berbagai kampus di Yogyakarta, yaitu dari Uiviersitas Mumammadiyah Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Teknologi Yogyakarta. Para pakar tersebut berasal dari disiplin ilmu yang beragam, selain agama juga ada yang berasal dari pakar pendidikan, hukum, sosiologi, komunikasi, dan gender.
Kegiatan ini dibuka oleh Brigadir Jenderal Pol. Ir. Hamli, ME, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Selain itu, keynote speaker dalam FGD ini diantaranya Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif (Buya Syafii), Prof. Dr. Syaiful Bahri, S.H., MH, Dr. Sri Yunanto, Kurnia Widodo, ST, Prof. Dr. Munir Mulkhan. Secara khusus Buya Syafii menyoroti persoalan Arabism yang berkembang di Indonesia saat ini. Bagi Buya, bangsa ini cenderung ingin mewarisi peradaban Arab yang sesungguhnya telah ‘busuk’. Oleh karena itu, bangsa ini harus menyadari bahwa apa yang dilabelkan sebagai “Arab” tidaklah selamanya benar. Kita harus memfilternya sehingga dengan cermat dan memiliki manfaat untuk bangsa.
Kegiatan tersebut merupakan forum akademis untuk melawan terorisme melalui pengarusutamaan, pembagian ide, dan diskusi terfokus. Para pakar mengungkapkan banyak hal termasuk melakukan upaya pencegahan tindak terorisme dari lingkup yang paling kecil, yaitu keluarga. Keluarga memiliki peran yang sangat strategis dan sentral dalam mencegah terorisme. Keluarga harus ditempatkan pada posisi yang terhindar dari berbagai paham seperti ini. Diharapkan, melalui keluarga yang kuat akan merambah pada lingkup sosial yang lebih luas bahkan sampai pada Negara.
FGD ini merupakan upaya untuk menanggapi banyaknya kasus terorisme di Indonesia yang mengganggu masyarakat. Tindakan terorisme harus dipelajari dari penyebabnya, mekanisme pencegahan, dan upaya mencari solusi dan intervensi, terutama untuk Muhammadiyah. Tindakan terorisme tidak bisa ditangani oleh pemerintah. Oleh karena itu, seluruh elemen bangsa harus dilibatkan dalam menghadapi aksi-aksi teror yang selama ini meresahkan dan mengganggu kehidupan bangsa ini. Di sinilah sinergitas antar elemen bangsa mutlak dilakukan, seperti halnya kegiatan ini yang melibatkan unsur Perguruan Tinggi. Ke depan, kegiatan seperti ini masih harus dilanjutkan dalam rangka membangun komitmen serta visi bersama mencegah tindakan terorisme di Indonesia (HJ/Wsn).

Facebook
Twitter
WhatsApp

Beasiswa BPI 2023 & LPDP-Kemenag RI masih dibuka!!!