Perjuangan Komunitas Muslim Dani di Lembah Baliem Oleh Ade Yamin

Ade Yamin (tengah) bersama dengan Tim Penguji Promosi Doktor
Ade Yamin dipastikan menjadi Doktor ke-26 yang dihasilkan oleh Program Doktor Politik Islam-Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, setelah menyampaikan disertasinya tentang ‘Menjadi Muslim Papua; Perjuangan Komunitas Muslim Dani di Lembah Baliem’ pada promosi sidang Doktor di Ruang Amphiteater Lantai 4 Gedung Pascasarjana Kampus Terpadu UMY, Selasa (17/12). Ade juga menjadi Doktor ke-105 yang dihasilkan oleh program Pascasarjana UMY.
Membahas tentang tema yang disampaikan oleh Ade, diketahui bahwa Islam menjadi agama mayoritas yang memiliki jumlah pemeluk terbesar di Indonesia di antara agama-agama lain seperti pada kenyataannya. Namun, pembagiannya di beberapa wilayah bisa berbeda bahkan Islam dapat menjadi minoritas, seperti yang ada di Lembah Baliem Papua. Di sana terdapat suku yang dinamakan Muslim Dani, mereka mendiami 10 kampung di kabupaten Jayawijaya, dan menjadi minoritas di Papua karena hanya berjumlah 1.051 jiwa secara keseluruhan atau 8% dari total penduduk Muslim, dan hanya 0.45% dari pemeluk agama mayoritas yakni Kristen di Kabupaten Jayawijaya.
“Masyarakat Lembah Baliem mulai memeluk Islam sejak 1971, tapi tidak memberi perubahan signifikan dalam hidup mereka. Muslim Dani harus berjuang untuk menghadai berbagai macam tekanan kultural maupun struktural. Komunitas ini masih hidup dalam suasana serba kekurangan. Mereka tidak memiliki sumberdaya yang memadai pada sisi pendidikan, kesehatan, perekonomian bahkan keagamaan,” ungkap Ade.
Segala keterbatasan dihadapi oleh masyarakat Lembah Baliem, seperti yang sudah disebutkan oleh Ade Yamin. Berdasarkan letak wilayah, Lembah Baliem tidak dapat diakses melalui jalur darat dengan transportasi satu-satunya melalui udara. Penulis disertasi dalam hal ini ingin mengungkap dengan komplekstisitas keterbatasan tersebut, bagaimana bisa Muslim Dani di 10 kampung lokal di Kabupaten Jayawijaya tetap bertahan memeluk Islam sebagai agama, meskipun terkesan Islam tidak mampu memberi solusi terhadap masalah yang mereka hadapi saat ini.
Seperti halnya kelompok etnis lain di Indonesia, orang Dani di Lembah Baliem memiliki seperangkat kebudayaan atau tradisi yang masih dipegang erat hingga saat ini. Masuknya agama Islam tidak mempengaruhi tradisi asli yang masih terus dipraktekkan. “Mereka melakukan ritual inisiasi, perkawinan adat dengan membawa Babi sebagai hadiah utama, pembakaran mayat, mutilasi anggota tubuh yang dilakukan apabila salah satu kerabat meninggal dunia seperti memotong telinga atau jari tangan, perang dan persepsi mereka tentang Tuhan dan alam semesta.”
Secara kasat mata, berbagai ritual yang dipercaya Muslim Dani berbenturan dengan syariat Islam. Mereka masih menganggap binatang Babi sangat prestisius dari segi harganya, Dani Muslim masih memelihara dan juga tak takut untuk mengonsumsinya. “Bagi saya hal itu merupakan tekanan kultural dan struktural yang sulit untuk diubah dengan sekali pemberian pemahaman. Saya memiliki harapan jika nantinya ada pendakwah yang datang kesana untuk mengulurkan tangannya membantu peradaban, tidak mengubah tradisi melainkan memberikan pemahaman perlahan,” harap Ade.
Dari disertasi ini, masyarakat Muslim Dani di Lembah Beliem dapat memberikan kontribusi besar bagi bangsa Indonesia dan dapat dijadikan sebagai contoh nyata dari isu perbedaan yang terus hangat di Indonesia belakangan ini. “Muslim Dani sebagai entitas etnis minoritas Indonesia, yang hidup dalam berbagai tekanan, berhasil berinovasi dengan menggali kecerdasan lokal, merajut dan memodifikasinya menjadi jembatan kebersamaan. Seperti cara mereka dalam mengatasi ketegangan, persinggungan antara adat dan agama dengan selalu menyediakan ruang bersama untuk mendiskusikan perbedaan,” pungkas Ade. (Hbb)

Facebook
Twitter
WhatsApp

Beasiswa BPI 2023 & LPDP-Kemenag RI masih dibuka!!!