Cendekiawan, Keislaman dan Keindonesiaan

Program Pascasarjana UMY menggelar acara Yudisium periode 1 TA 2020-2021 , Senin (7/9/2020), secara online melalui media Zoom Meeting. Pada Yudisium ini turut mengundang Cendekian Muslim Yudi Latif, Ph.D yang juga menjadi pembicara dengan tema “Cendekiawan, Keislaman dan Keindonesiaan dalam Satu Tarikan Napas”.

Yudi megungkapkan bahwa “Ketahanan suatu peradaban memerlukan dorongan spiritual. Sebagai contoh Uni Soviet yang menjadi negara super power dan memiliki senjata perang yang kuat namun masyarakatnya tidak memiliki jiwa spiritual akhirnya runtuh juga. Berbeda dengan Palestina, meski dalam keadaan susah namun adanya jiwa spiritual yang kuat menjadikan Palestina masih ada sampai saat ini”.

Hubungan antara Keislaman-Indonesia-Cendekiawan itu sangat rapat. Seperti Pancasila yang menjadi dasar negara kita memiliki nilai spiritual pada sila pertama. Ir. Soekarno dan Muhammad Hatta yang menajadi Bapak Prokalmator juga merupakan tokoh bangsa yang memiliki backgroud agama yang kuat. Soekarno sebagai  aktifis islam dan Hatta merupakan keturunan dari tokoh agama di Indonesia.

Oleh karena itu, Keislaman dan Cendekiawan harus menjadi identitas keIndonesiaan yang saling menyatu dan tidak terpisah. Supaya peradaban negara tercinta kita ini tidak punah. (ana)

Facebook
Twitter
WhatsApp

Beasiswa BPI 2023 & LPDP-Kemenag RI masih dibuka!!!